Perayaan Hari Raya Nyepi Di Desa Kerta Buana

WhatsApp Image 2024 03 12 at 12.17.47
Foto : Ribuan masyarakat menyaksikan parade Ogoh-ogoh di Desa Kerta Buana. (Istimewa)

Lensakaltim.com (Kukar) – Dalam rangka menyamnut hari Raya Nyepi tahun Saka 1946, Desa Kerta Buana, Kecamatan Tenggarong Seberang menggelar parade Ogoh-ogoh, Minggu (10/3/2024) kemarin.

Umat Hindu yang berdatangan ke Desa Kerta Buana melaksanakan rangkaian persembahyangan yang dipusatkan di Pura Pasupati, Kawasan L4 Desa Kerta Buana, satu dari empat Pura yang dimiliki oleh Kampung Pancasila itu.

“Kita sudah mengadakan persembayangan, dan setelah ini akan kembali ke tempat ibadah masing-masing. Setelah itu, jam 5 harus kumpul sini lagi untuk Ogoh-ogoh sampai selesai, kemudian kami akan Catur Brata melaksanakan 4 pantangan dan puasa 24 Jam,” jelas Kepala Desa Kerta Buana I Dewa Ketut Basuki.

I Dewa Ketut Basuki menjelaskan, masyarakat Kerta Buana terdiri dari beragam suku dan sub suku, diantaranya yakni suku Bali. Namun kerukunan warganya sangat terjaga. “Kerta Buana ini sangat majemuk, Umat hindu kami ada 1.700, dari 5.291 jiwa. Kami juga dinobatkan sebagai Kampung Pancasila asal Kukar,” jelasnya.

Selain kaya akan sumber daya alam (SDA), Kecamatan Tenggarong Seberang juga kaya akan nilai-nilai toleransi, khususnya Kerta Buana, terdapat beragam suku dan agama yang hidup rukun dan damai. Desa ini juga memiliki Forum Kerukunan Umat Beragama bahkan sudah dinobatkan sebagai Desa Sadar Kerukunan dan Keagamaan dari Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI).

Lebih lanjut, I Dewa Ketut Basuki menerangkan, tahun ini terdapat 5 patung Ogoh-ogoh yang diarak keliling desa. Yang diikuti dari kelompok dari tingkat anak-anak, remaja dan dewasa. “Ogoh-ogoh selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luas,” tambahnya.

I Komang Widnyana, Ketua Parisadah Hindu Dharma Indonesia Desa (PHDI) Kerta Buana menambahkan, Ogoh-ogoh disimbolkan dengan buruk rupa atau keburukan dan kejelekan, diarak keliling kampung dengan orang banyak sebelum di bakar, sebagai bagian prosesi.

“Dengan harapan dia pergi dari hidup kita dan diujung prosesi ogoh ogoh itu kita bakar sebagai simbol bahwa kita sudah dapat menaklukkan diri kita agar nantinya terhindar dari hal hal yang buruk. Sehingga besok ketika kami melaksanakan Brata kita murni bisa mengendalikan diri kita untuk kehidupan kedepan ” tutupnya. (Rh)

Pos terkait