Lensakaltim.com (Kutim) – Merebaknya isu terkait dengan efek samping Vaksin AstraZeneca, ditanggapi santai Kepala Dinas Kesehatan Kutai Timur (Kutim) dr Bahrani. Dalam keterangnya dihadapan awak Lensakaltim.com, dr. Bahrani mengaku bahwa masyarakat tidak perlu pusing dan panik dengan gossip yang beredar.
“Memang yang seperti yang diberitakan dan diakui oleh pihak AstraZeneca, ada efek samping dari Vaksin tersebut. Tapi masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan karenanya jumlah hanya sedikit dan hanya ditemukan di luar negeri,” ungkap dr. Bahrani.
“Untuk saat ini Indonesia belum ada laporan terkait efek samping itu, apalagi di Kutim. Insyahallah, tidak usah terlalu khawatir yang berlebihan,” sambungnya, saat dikonfirmasi awak media belum lama ini.
Pada pemberitaan media CNBC Indonesia yang dikutip pada 06 May 2024, perusahaan farmasi yang memproduksi vaksin Covid-19 dengan merek Covishield, mengakui produknya itu dapat menyebabkan efek samping langka. Adapun efek samping yang dapat ditimbulkan termasuk pembekuan darah dan jumlah trombosit yang rendah.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa Covishield dapat menimbulkan efek samping yang mengancam jiwa.
“Efek samping sangat langka yang disebut Sindrom Trombosis dengan Trombositopenia, melibatkan kejadian pembekuan darah yang tidak biasa dan parah terkait dengan jumlah trombosit rendah, telah dilaporkan setelah vaksinasi dengan vaksin ini,” ungkap WHO.
Melansir dari The Independent, sejumlah penelitian selama pandemi menunjukkan bahwa Covishield memiliki efektivitas sebesar 60 hingga 80 persen dalam melindungi penerima vaksinnya terhadap jenis virus corona baru. Namun, beberapa penelitian menemukan bahwa Covishield dapat menyebabkan risiko pembekuan darah yang dapat berakibat fatal.
Gugatan class action yang diajukan di Inggris mengklaim bahwa vaksin Covishield dapat menyebabkan kematian dan cedera parah. Para penggugat meminta ganti rugi hingga 100 juta poundsterling atau sekitar Rp 2,01 triliun (asumsi kurs Rp20.177/poundsterling) untuk sekitar 50 korban. (adv/lk01)