Disdik Kutim Gelar Bimtek Pendidikan Non Formal

Disdik Kutim Gelar Bimtek Pendidikan Non Formal
Disdik Kutim Gelar Bimtek Pendidikan Non Formal

Lensakaltim.com (Kutim) – Tak hanya pendidikan formal, Pemkab Kutai Timur (Kutim) melalui Dinas Pendidikan terus berusaha meningkatkan pendidikan non formal. Termasuk agenda sosialisasi bimbingan teknis, pelatihan, pembinaan kelembagaan dan manajemen sekolah non formal atau kesetaraan.

Kepala Dinas Pendidikan Kutim, Mulyono melalui Kepala Bidang PAUD dan SNF, Achmad Junaidi menjelaskan sosialisasi itu dalam rangka penyusunan buku inovasi layanan jemput bola program pendidikan non formal kiprah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kutai Timur.

Dalam buku yang akan dirangkum dalam enam bab itu menceritakan keberhasilan dan perjalanan cap jempol di Kutai Timur. “Intinya buku ini berisi tentang cara pelayanan jemput bola. Pelayanan kepada masyarakat dalam dunia pendidikan khususnya kesetaraan,” bebernya.

Dirinya menjelaskan, jika kegiatan itu melibatkan hampir seribu orang baik secara langsung maupun online. Diantaranya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), dan Satuan Pendidikan Non Formal (SPNF).

Disdik Kutim Gelar Bimtek Pendidikan Non Formal

Pematerinya ialah Muhamad Aswad dan Rahmad MA dari Litbang serta Fajar Wahyudi dari LAN RI. “Jadi ada seribu orang. Baik daring dan luring. Kalau yang luring 30 orang. Jadi bimtek ini ialah untuk penguatan kelembagaan non formal. Pengelolaan kelembagaannya lebih bagus. Agar pelayanan berjalan lancar,” ucapnya.

Dia menambahkan nanti buku tersebut akan diterbitkan secara Nasional, setelah itu, dijadikan sebagai projek percontohan Nasional. “Jadi harapannya ilmu yang didapatkan agar direalisasikan ke masyarakat. Untuk itu serap ilmu yang sudah diberikan dengan baik,” tambahnya.

Sebenarnya kegiatan serupa sudah pernah dilaksanakan dan ini untuk kali kedua. Hal ini dilakukan lantaran kegelisahan Dinas Pendidikan dengan dugaan maraknya orang yang memiliki ijazah namun tak bersekolah dengan baik. “Yang paling berharga ialah proses, bukan ijazah. Kita butuh proses untuk meraih ijazah,” Pungkasnya (adv/*/lk01)

Pos terkait