Konsusmsi Daging Tinggi, Bupati; Kita Ciptakan Ketahanan Pangan

Konsusmsi Daging Tinggi, Bupati; Kita Ciptakan Ketahanan Pangan
(foto IST). Konsusmsi Daging Tinggi, Bupati; Kita Ciptakan Ketahanan Pangan

Lensakaltim.com (Kutim) – Konsumsi daging sapi cukup besar di Kutai Timur menjadi pasar potensial yang menjanjikan, sehingga Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman menegaskan semua pihak perlu terus menggalakkan peternakan, karena diakui pengembangan peternakan bisa tumbuh di masyarakat.

“Kita harus mampu menciptakan ketahanan pangan (memproduksi daging) dan terutama pemenuhan protein hewani tanpa biaya tinggi. Cara murah dan mudah dapat dimulai dari lingkungan kita sendiri dengan lebih memberdayakan sumber daya yang ada di masyarakat melalui kelompok peternak (gapoktak),” ucap Ardiansyah Sulaiman, saat melakukan panen Pedet (anakan sapi) di Desa Manunggal Jaya Kecamatan Rantau Pulung, Kamis (9/11/2023).

Bupati menargetkan ada 5.000 ekor sapi yang harus disiapkan setiap tahun untuk memenuhi konsumsi protein hewani bagi masyarakat Kutim. Dia menyebut sekarang ini baru ada seribuan lebih sapi di Kutim dan jumlah tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging masyarakat.

“Harapannya bisa memenuhi kuota daging sapi bagi warga Kutim,” ujar Ardiansyah.

Konsusmsi Daging Tinggi, Bupati; Kita Ciptakan Ketahanan Pangan

Sebelumnya, Kepala DTPHP Kutim Diah Ratnaningrum, mengaku bahwa pihaknya akan meningkatkan produktivitas ternak dengan memperkuat sistem pemeliharaan dan manajemen peternakan secara umum. Termasuk memasok sapi dari luar daerah (Bali dan NTB).

“Berbagai aspek menjadi titik pengendalian program. Di antaranya adalah peningkatan kualitas pakan, bibit, kesehatan hewan, pengendalian pemotongan betina produktif dan pascapanen. Pengolahan produk asal hewan serta manajemen usaha. Saat ini, DTPHP juga telah difokuskan kepada Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting),” beber Diah.

Diah mengungkapkan, peningkatan populasi ternak melalui Upsus Siwab tidak akan mengikuti pola konvensional atau yang lama. Peternak diarahkan untuk menjadi mandiri. Pihaknya akan memperkuat subsektor pendukung. Seperti penyediaan bibit dan pakan berkualitas, serta pendampingan petugas di lapangan. Dengan program yang dijalankan ini, diharapkan produktivitas sapi lokal bisa meningkat.

“Ada simbiosis mutualisme, saling menguntungkan antara limbah sawit menjadi pakan ternak. Kemudian kotoran sapi dimanfaatkan untuk pupuk organik sawit. Hasilnya ada peningkatan Tandan Buah Segar (TBS) setelah menggunakan pupuk organik,” pungkas Diah. (adv/lt/lk01)

Pos terkait